Sebelum lo baca lebih lanjut tulisan ini, lo boleh aja
menjudge apapun soal judul diatas. Ya. I do prefer being called as “anak mama”
than “anak kostan”. Kalau ada yang nanya kenapa gue pergi pulang dibanding
ngekost. Jawabannya adalah belajar. Yup! Belajar bersosialisasi, belajar
membaca situasi disekitar kita, belajar menghargai waktu. Dan maaasih banyak
lagi pelajaran-pelajaran yang gue dapatkan selama menjadi anak pergi pulang.
Rute pergi pulang gue memang lebih jauh, waktu perjalanan pergi pulang gue juga
relative lebih lama, dan orang-orang yang gue temui setiap harinnya juga lebih
beragam.
Whatever you named it, yang terpenting adalah gue tetap
bersyukur. Gue bersyukur gak kena macet, gue bersyukur jarang kesiangan, dan
gue bersyukur ga kehujanan, karena nyatanya gue masih diberikan kaki yang masih
cukup kuat untuk berlaki-lari kecil untuk mengejar krl. Dan hati yang cukup
luas untuk bersabar.
Tujuan gue untuk pulang ya rumah. Rumah yang lebih cocok gue
artikan sebagai keluarga. Mama, Bapak, Mas, Adik. Mengingat mereka membuat gue
seketika berhenti mengeluh bahkan saat berdesakan di krl.
Gue rela untuk pergi pulang Bekasi-Depok dengan durasi ±2
jam hanya untuk melihat mereka dirumah. Ngeliat mereka lengkap. Makan di satu
meja yang sama, ndusel-ndusel di satu selimut yang sama, dan bercanda masih di
satu ruangan yang sama. Kebahagiaan gue sesederhana melihat mereka lengkap,
saling melengkapi, dan sama-sama melengkapi. Sesederhana itu.
Terkadang, mensyukuri hal-hal kecil bisa mendatangkan
kebahagiaan yang besar.
Krl Manggarai-Bekasi. 11 Desember 2015


No comments:
Post a Comment