Wednesday, November 25, 2015

Perlambat Langkahmu.





Pernah merasa waktu berjalan terlalu cepat? Pernah merasa rutinitas hidup mu selalu sama setiap harinya? Mungkin bukan waktu yang berjalan terlalu cepat, tapi kamu. Kamu yang terlalu sibuk mengejar sesuatu dan menuduh waktu lah yang menyebabkan semua rutinitas mu monotone. Waktu hanya membuntuti mu, kamulah yang mengontrol cepat lambatnya waktu itu berjalan. Terkadang hidup itu lucu memang, kita seperti dituntut oleh jaman untuk menjadi ini, menjadi itu dengan tujuan membuktikan diri, menyenangkan diri, tetapi yang sebenernya adalah hanya untuk menyenangkan orang lain. Tidak jarang kita memamerkan sesuatu dengan bangganya melalui sosial media, dimana kita sekarang, menjadi siapa kita sekarang.

Ternyata setelah mendapat banyak gambar hati di setiap postingan yang kamu buat, hati mu kosong. Dan bertanya pada diri sendiri, sebenarnya untuk apa aku begini? Kebahagian sebatas simbol love yang orang-orang disosial mediamu pencet. Untuk apa? Kapan kamu membahagiakan diri sendiri dengan cara yang lebih sederhana?

Perlambat langkah kakimu, nikmati setiap perjalanan, setiap proses yang kamu jalani sekarang. Yang kamu butuhkan hanya menghaluskan egomu agar tidak terlalu terburu-buru. Memperlambat bukan berarti menghentikan langkah kakimu, hanya mengurangi kecepatan ego mu. Karena hasil yang lebih manis dapat terasa apabila kita lebih menikmati prosesnya. Coba sesekali lihat disekelilingmu, yang biasanya kamu abaikan, yang biasanya kamu biarkan lewat begitu saja. Mungkin saja disana terselip kesempatan-kesempatan yang bahkan belum tentu kamu dapatkan dua kali.


Aku memperlambat langkah kakiku, dan ternyata aku mendapati seseorang wanita yang selama ini selalu memperhatikanku dan berkata, “Nduk, istirahat sesekali kalau capek ya. Jangan didepan laptop terus, sakit ntar mata mu.” Ya, wanita itu yg ku panggil Mama. Dari kalimat sederhana yang dilontarkan ketika aku harus menyelesaikan beberapa laporan mata kuliah yang tidak ada habis-habisnya. Yang selama ini ternyata memperhatikan ku dan ku anggap angin lalu saja perkataannya. Namun sekarang, mendengar beliau berkata begitu, rasanya aku ingin mengutuki diriku saja. Mengejar sesuatu dan lupa melihat sekeliling kita. Bahwa ada yang membutuhkan perhatian kita.

No comments:

Post a Comment