Monday, November 09, 2015

Duapuluh



Halo, duapuluh. Cukup telat menulis tentang angka ajaib yang perlahan-lahan bergerak membawa perubahan yang sangat berarti didalam hidup seorang penulis amatiran seperti aku. Di usia yang beranjak kepala dua seorang manusia tentu sudah merasakan perubahan yang signifikan didalam hidupnya. Di usia ku yang ke duapuluh ini, jujur saja. Cukup memberi variasi rasa disetiap momennya. Fluktuasi perasaan yang kadang naik, dan kadang terjun bebas.

Di usia ku yang ke duapuluh ini, sakit hati, bahagia, penasaran, kecewa, semangat, dan semua rasa-rasa itu seolah-olah kongkalikong untuk mencandai ku untuk keluar secara tidak terduga-duga. Banyak hal baru yang harus sudah dipikirkan di usiaku yang ke duapuluh ini. Karir. Dan berbagai buntut-buntut yang lain yang terkadang justru menjadi candaan teman-teman ku, soal pasangan hidup, bahkan hingga keluarga kecil ku nanti.

Anggaplah duapuluh ini adalah sebuah jembatan. Jembatan penentuan kemana arah alur pikir kita kelak akan menentukan kemana kita akan berjalan. Karena semakin kita jauh berjalan di jalan yang tidak kita kehendaki, semakin sulit mencari arah putar balik. Duapuluh adalah penentuan. Duapuluh adalah siapa dirimu kelak. Duapuluh adalah soal apakah kamu ingin mengikuti arus atau diikuti arus. Semua terserah dengan duapuluh mu, bukan?


Kalau aku? Cukuplah setiap harinya berada disekitar orang-orang yang memaknai duapuluh ku ini dengan senang hati. Karena mereka adalah pengisi duapuluh ku. Tanpa mereka duapuluh ku hanya lah jembatan tanpa pegangan. Timpang.

No comments:

Post a Comment