Tubuhnya nggak sekuat dulu, nggak sekuat waktu gendong gue kecil karena ketiduran didepan tv.
Matanya juga nggak sebening dulu, waktu sering merhatiin gue main tengah malem karena nggak bisa tidur.
Badannya juga nggak setegap dulu, waktu mama sering minta tolong untuk angkatin barang-barang berat.
Tangannya tidak sekokoh dulu waktu pertama kali gue ngeliat beliau ngebenerin meja belajar yang rusak.
Dad, please. Why you not just stop smoking?
Dalem hati miris setiap beliau menghisap satu persatu batang rokoknya didepan rumah.
Dalem hati teriak sekencang-kencangnya, rasanya batin gue berantem sama pikiran dan tubuh gue.
Udah berbagai cara gue berusaha bilangin, tapi nggak pernah di gubris.
Sampai-sampai mama sering bilang "mama udah capek bilangin bapak mu."
Aku pun, Ma. Aku juga udah capek, bahkan bingung dengan cara apalagi supaya Bapak bisa berhenti. Banyak contoh diluar sana yang udah pernah menyesal karena sering merokok. Dan ketakutan terbesar gue adalah, melihat bokap terbaring sakit akibat ulah sering merokoknya.
Please, jangan.
Jangan buat gue berimajinasi yang enggak-enggak tentang penyakit apa aja yang bisa menyerang perokok aktif.
Kadang gue mikir, nanti pas gue wisudaan Bokap harus tetep sehat, bebas rokok.
Kadang gue mau liat, muka Bokap cerah karena sering olahraga ketimbang merokok.
Kadang gue jahat dengan pikiran sendiri, Bokap secara cuma-cuma memberi umurnya diskon.
Rokok memberi diskon umur untuk yang menghirupnya. Lucunya malah bertambah konsumen rokoknya.
Belakangan ini yang kita tahu, rokok cuma punya peringatan macam "rokok membunuhmu" sangat sekedar, padahal iklan rokok juga capek mungkin nulis ribet panjang-panjang ngabisin space sama tinta, mending sekalian di taruh gambar serem aja.
Nggak kasihan lah itu perokok-perokok yang tanggung biaya berobat ntar pas mereka sakit siapa?
Nggak kasihan lah mereka dengan lingkungan sekitarnya yang secara terpaksa harus menghirup juga asep bau tengiknya.
Nggak mikirlah mereka, kenapa masih saja merokok tapi ngeluh uangnya habis.
Bukan benci sama perokoknya, tapi sama gaya hidupnya.
Karena kegelisahan gue yang tidak kunjung terucapkan ke Bokap, mending gue nulis disini deh.
.jpg)

No comments:
Post a Comment