Tiba-tiba teringat dulu waktu kecil pernah punya impian pengen mau nulis buku, at least one book. Novel fiksi, dan berandai-andai buku novel tersebut laku, banyak yang baca, banyak yang menggemarinya, dan saya punya royalti hasil dari penjualan buku tersebut.
Nampaknya, saya belum berhasil mewujudkan mimpi masa kecil yang... yah... anggaplah itu hanya cita-cita masa kecil belaka yang ngga bakal terwujud. Tapi uniknya, the older I get, my desire more become so simple. Mampu menjalani hari-hari saya dengan bersyukur dan merasa cukup. That's it.
Di usia saya yang sudah seperempat abad (dan 4 bulan menuju 26 tahun) saya nggak pernah muluk-muluk ingin menjadi ini itu atau harus diakui sebagai jabatan A atau sebagai jabatan B. Let me tell you, not because the more I get older the more I get the lack of ambitiousness. I still feeling ambitious, being pasionately about this life, but not same as a big dreams I had while I was I kid. I pasionate about being alive, being myself, menjadi nyaman di usia dewasa ini sungguh sulit, nyaman dengan diri sendiri, menghargai diri sendiri sudah jarang bgt saya lakukan ketika bertambah umur. Saya sudah sejauh ini melangkah, menjadi pribadi yang berubah dari hari ke hari, menjadi pribadi yang makin kuat, tangguh, berani.
Mungkin kalau boleh mundur ke masa lalu, dan ketemu dengan perempuan lincah berambut panjang yang suka dikepang berumur 5 tahun dan dengan senyum lebarnya kala itu, yang dengan percaya diri memberi tahu keteman-temannya bahwa dia akan menjadi penulis terkenal ketika dewasa nanti, saya ingin menyampaikan sesuatu kepada diri saya kala itu :
"Mimpi lah semustahil mungkin. Mimpi lah menjadi pribadi apa saja yang ingin kamu wujudkan. Kalau bermimpi ingin menjadi penulis saja nggak cukup, tambahlah mimpi ingin menjadi yang lain. Karena ketika dewasa, mungkin kamu menjadi takut bermimpi karena terbentur realita. Realita yang kompleks, mungkin kalo sekarang saya jelaskan ke kamu yang baru ngerti membuat puisi 5 bait, dan cerita pendek sederhana bakalan pusing dan susah untuk dimengerti. Memang, Git. Menjadi dewasa itu susah banget dimengerti, jangankan sama kamu untuk umur 5 tahun, sekarang setelah menjadi kamu 20 tahun kemudian aja saya masih suka nggak mengerti kemana arah hidup ini bermuara. Kamu nggak bakalan percaya kalo kamu ambil kuliah eksak dan pekerjaan mu malah mengandalkan daya ingat. Kamu mungkin nggak menyangka kalo kamu pernah bermimpi menjadi penulis di umur mu 5 tahun dan sekarang saya justru malas-malasan baca buku. Kamu masih menjadi penggemar buku, tapi bukumu banyak yang belum selesai dibaca.
Menjadi anak kecil dengan segudang mimpi itu menjadi keistimewaan kamu. Ambil semua kemungkinan yang tidak mungkin. Karena menjadi dewasa, waktu untuk bermimpi saja hampir tidak ada. Dia menjadi sibuk terhadap kesehariannya, dia menjadi sibuk mencukupi hidupnya, dia menjadi sibuk dan tidak lagi memperdulikan instingnya menjadi manusia yang masih butuh sesekali menjadi anak kecil. Tidak peduli dengan pendapat orang lain, melakukan kegiatan yang disuka tanpa memikirkan orang lain suka atau tidak, memamerkan hasil tulisan kepada guru ngaji untuk meminta saran, bercerita kepada teman main bahwa dia harus membeli buku saya ketika terbit nanti.
Sungguh kalo dipikir-pikir lucu banget."
Terkadang kita sangat sibuk menjadi orang dewasa, sehingga banyak sekali tuntutan hidup tuntutan menjadi dewasa yang menahan kita melakukan kegiatan yang kita inginkan. Terkadang menjadi dewasa terlalu melelahkan karena semua merasa harus. Padahal sampai kapanpun mimpi itu masih ada, hanya saja tidak dikerjakan. Hanya saja tidak diberi kesempatan untuk keluar. Mimpi itu masih ada kan, Git?


No comments:
Post a Comment