Tuesday, January 17, 2017

"Hai, Assalamualaikum cantik!"





Perempuan manapun di dunia ini pasti setidaknya pernah sekali dalam seumur hidupnya di lecehkan oleh orang yang nggak di kenal dijalanan. Panggilan-panggilan seperti judul tulisan ini contohnya. Jangan suruh saya menghitung berapa kali saya mengalami 'catcalling'--begitu mereka menyebutnya. Karena saya nggak ingat. Sering. Wajar. Kalau kata orang-orang. Wajar? Saya udah jengah sebenernya sama orang-orang yang seperti itu. Kalau sedang mood jelek, saya pelototin atau saya "Apasih!"-in. Kalau sedang males ngeladenin, ya saya diemin (sambil mengumpat didalam hati, tentunya). 

Di negara kita tercinta ini, budaya patriarki memang masih sangat kental. Apasih hubungannya sama catcalling? Tenang, saya mulai dulu dari arti patriarki ini dulu ya. Jadi, patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak dan harta benda. Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki dan menuntut subordinasi perempuan. Jadi, singkatnya budaya patriarki ini budaya yang memberikan nilai kepada kaum adam rasa superioritas atas kaum hawa. Dan itu yang menjadi masalah kaum perempuan karena harus menerima apapun tindakan yang dilakukan oleh laki-laki. See? Sekarang, tindakan itu udah mendarah daging bikin wanita-wanita ketakutan karena seringnya menjadi korban pelecehan (verbal maupun non verbal) laki-laki, apalagi orang yang nggak dikenal. 

Tapi perempuan modern, sadar betul hal itu nggak benar. Banyak yang sudah berani fight back, nggak terima (kayak tindakan saya melototin atau meng-"Apasih!"-in tadi), dan bahkan kalau kasusnya sudah parah, ada yang berani melapor ke pihak yang berwajib. Tetapi juga, sayangnya, masih ada yang takut untuk bersuara, karena malu, karena takut di cap jelek karena memang pakaiannya terbuka, menyalahkan diri sendiri. Saya prihatin untuk yang satu itu. 

Manusia itu mempunyai transparent bubble (balon transparan) disekitar tubuhnya, atau biasa disebut zona aman. Maksudnya, kalau ada orang asing yang mendekat disekitar zona amannya, otak manusia secara otomatis akan merasa was-was, mengambil ancang-ancang untuk melakukan suatu tindakan, atau usaha apapun untuk melindungi dirinya dari ancaman 'strangers'. Dan wanita adalah makhluk dengan transparent bubble paling sensitif. Dia akan tau mana yang akan deketin tanpa niat jahat, dan dengan niat jahat. Katakanlah, jarak pelaku catcall dengan seorang wanita 1 meter, dia udah tau gerak-gerik dan mimik mukanya tidak sopan dan terlihat berniat jahat. Maka si wanita akan merasa transparent bubble nya itu sudah dimasuki oleh pelaku catcall walaupun jaraknya 1 meter dari tubuhnya. Sedangkan apabila ada laki-laki biasa yang hanya berniat duduk dibangku peron kereta bersebelahan dengan seorang wanita, tanpa ada niat apa-apa. Maka jarak transparent bubblenya makin menipis. Jadi, semakin terancam kedudukan si wanita tersebut maka jarak transparent bubblenya semakin luas, sebaliknya apabila wanita tersebut tidak merasa terancam maka jarak transparent bubble sekitar tubuh-nya semakin sempit. Terlalu teoritis ya? Saya ngga bisa menjelaskan hal seserius ini tanpa sumber, dan teori-teori. Jadi teori diatas kamu baca dan cerna sebaik mungkin ya.

Seperti yang saya bilang diawal, saya sering menjadi korban catcalling. Dan tidak bisa saya hindari hal-hal seperti itu. Saya wanita muslim, saya tahu kewajiban menutup aurat itu sudah dituliskan di kitab Al-Qur'an yang saya imani. Jadi saya mencegahnya dari diri saya terlebih dahulu. Tapi sekedar menutup aurat aja ternyata nggak cukup. Di jaman serba edan ini, ternyata masih banyak juga laki-laki yang buas, yang biadab, yang ngga bisa jaga birahinya walaupun sama wanita yang sudah jelas-jelas menutup auratnya. Saya nggak membicarakan pengalaman saya. Tetapi saya sering membaca berita di media online dan juga banyak mendengar kisah pengalaman dari teman-teman saya soal catcalling ini. Apalagi mobilitas wanita jaman sekarang juga sudah tinggi, jadi ruang geraknya sudah tidak terbatas. Banyak kegiatan disana-sini mengharuskan wanita, khususnya di kota-kota besar kayak Jakarta dan sekitarnya melakukan mobilisasi sendirian. Disinilah seringnya pelaku catcall itu beraksi. Perempuan, sendirian, jalan, ditempat umum, di ruang terbuka, menunggu angkutan umum, apalagi ditambah parasnya yang cantik. 

Banyak juga yang menyalahkan bahwa catcalling ini salah si wanitanya karena berpakaian terbuka. But, hey?! terus apa sanggahan yang tepat buat kasus saya? Saya sudah menutup aurat saya, menundukan pandangan saya kebawah, dan masih di catcalling "Hai, Asslamualaikum cantik!" Apakah itu pujian buat saya? Tentunya tidak, saya marah dalam hati. Walaupun dia menyisipkan kata salam sesama muslim, tetapi konteks yang digunakannya itu sudah jelas-jelas tidak tepat. Memberikan salam, sambil menggoda, apa itu bisa dibenarkan? Kadang saya balas salamnya dalam hati, dan menganggap bahwa dia mendoakan saya. Daripada saya misuh-misuh nggak jelas. Saya nggak setuju kalau catcalling itu memang karena adanya pandangan yang mengundang dari wanita, entah parasnya, badannya atau pakaiannya, atau apapun yang ada diwanita itu nggak salah. Yang salah itu pelakunya. Yang memang senang melecehkan dengan nada menggoda seperti itu sangat menjijikan!

Saya ingin sedikit bercerita tentang catcalling termenjijikan yang saya alami saat saya menaiki kereta KRL. Saat itu saya dan teman saya menaiki kereta di gerbong campur. Kereta yang kami naiki termasuk padat, karena sudah jam sore pulang kerja. Selama perjalanan saya tidak merasa akan ada hal yang mengganggu kami berdua. Hingga sesampainya kami di stasiun Bekasi, ada segerombolan laki-laki (kayak mas-mas tengil, muka kuli gitu) kira-kira 4 sampai 5 orang an berjalan dibelakang kami berdua sambil ketawa-tawa berbisik satu sama lain. Awalnya saya positif thinking, oh mereka hanya bercanda. Lalu teman saya menyadari hal yang nggak mengenakan,
"Gi, kayaknya cowok-cowok dibelakang kita ngikutin kita deh."
"Masa sih? gue kira bercanda doang. Yaudah coba ya kita pindah ke kanan." 
Kami pindah jalur ke kanan, sambil nengok-nengok dikit untuk membuktikan beneran nggak sih mereka ngikutin kami?
"Eh, tuh kan beneran ikutan pindah juga ke belakang kita. Jalan cepet, yuk!"
Disitu saya berfikir, kalau jalan cepet, dia akan mempercepat jalannya juga. Dan gerak gerik kita terbaca mau kabur.
"Engga, coba pelanin, biar mereka duluan aja yang jalan baru kita di belakangnya." Kata saya nenangin.
Setelah kami memelankan langkah kaki kita, kurang ajarnya mereka juga lebih memelankan langkah kakinya masih sambil ketawa-tawain saya sama teman saya. Disitu saya rasanya pengen nonjok muka mereka satu-satu. Dan geret mereka ke kantor satpam.
"Mau gue teriakin aja nih rasanya." Kata temen saya, udah ngerasa nggak nyaman banget.
Akhirnya saya beraniin diri nengok ke belakang dan melototin mereka dari atas sampai bawah. Gatau mereka takut saya teriakin atau saya tuduh macem-macem. Saya sengaja nggak berbicara, tapi self-deffense saya dengan bahasa tubuh. Saya tahu, mereka cuman iseng. Cuman seneng-senengan aja ngegodain cewek ditempat umum. Tetapi itu sama sekali bukan lelucon bagi kami. Lalu mereka baru jalan normal sambil bilang "Yah, udah pergi deh, mbaknya."

What. The. Fuck. DUuuuuudDeeeEEE??? 

Saya berhijab. Teman saya, walaupun belum berhijab, tetapi pakaiannya tertutup kok. Jadi, masih mau menyalahkan kalau catcalling ini salah kami? salah kami jadi perempuan? salah kami karena menaiki kendaraan umum tanpa laki-laki yang menjaga kami? salah kami karena cantik? salah kami mau berpakaian sesuka hati kami? 
Please, Please, siapapun yang pernah merasa dilecehkan kayak gitu, please, kalian harus bertindak. Teriak kalau perlu. Perempuan itu kedudukannya di mulia kan di agama saya. Surga ada di telapak kaki seorang perempuan, yaitu Ibu. Bahkan Rasulallah SAW saja ketika ditanya oleh sahabatnya, siapa yang harus dihormati di dunia ini? Rasul menjawab, "Ibumu, Ibumu, Ibumu, kemudian Bapakmu."

Di Al-Qur'an pun dijelaskan kok, ayat tentang menjaga pandangan.

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An-Nur: 30)

Kami, perempuan, tidak gila hormat. Kami tidak perlu singasana, tidak perlu sesuatu yang istimewa. Kami cuma butuh rasa aman, rasa tentram selayaknya sesama manusia memandang manusia lain saudara, rasa nyaman ketika berjalan sendirian tanpa digodain. Kami juga nggak sok cantik, karena kami, para perempuan memang sudah terlahir cantik semua. Dan sok jual mahal, karena memang kami sudah bernilai mahal. Kami perempuan, makhluk berharga. Tidak ada satu laki-laki pun yang berhak melecehkan atau menyakiti perempuan dimana pun berada. Karena tidak ada perempuan. Tidak akan ada kalian.





Sumber Referensi :
Cooper, Davina. 2007. Being in Public: The Threat and Promise Of Stranger ContactLaw & Social Inquiry 32, no. 1 (March 2007): 203-232.
Crenshaw, Kimberle. “Race, Gender, and Sexual Harassment.” Southern California Law Review 65 (1991-1992): 1467-76.
Cohen, Patricia Cline. “Safety and Danger: Women on American Public Transport, 1750-1850.” In Gendered Domains: Rethinking Public and Private in Women’s History, edited by Dorothy O. Helly and Susan M. Reverby. Ithaca, NY: Cornell University Press, 1992.
https://id.wikipedia.org/wiki/Patriarki diakses pada tanggal 17 Januari 2017 pukul 5:40 WIB
http://time.com/3144715/street-harassment-catcalling/ diakses pada tanggal 17 Januari 2017 pukul 5:40 WIB
http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/12/18/nzjks63-ibumu-ibumu-ibumu-kemudian-bapakmu diakses pada tanggal 17 Januari 2017 pukul 5:40 WIB
http://www.huffingtonpost.com/flocku/youre-asking-for-it_b_9778936.html diakses pada tanggal 17 Januari 2017 pukul 5:40 WIB
http://magdalene.co/news-1028-catcall-tak-bisa-ditoleransi.html diakses pada tanggal 17 Januari 2017 pukul 5:40 WIB
https://id.pinterest.com/pin/290130400967149763/


No comments:

Post a Comment