Saturday, June 25, 2016

Gelisah


Have you ever thinks about something essentials in your life? Maksudku, mempertanyakan tentang hal kecil yang belum pernah terpikirkan sebelumnya? Seperti misalnya apa ada yang salah dengan cara aku menjalani hidup? Apa kah yang aku lakukan selama ini benar? Kenapa aku menyukai teh? Apa aku terlalu penurut sehingga aku tidak melihat dunia dengan cara ku sendiri? Apa yang membentuk ku menjadi seorang perempuan?

Semua pertanyaan-pertanyaan itu berputar seperti tornado di dalam pikiran ku. Sehingga isi otak ku kacau macam habis kena badai. Kamu sadar nggak? Justru hal-hal kecil seperti itu yang membentuk hidup kita menjadi seperti yang kita jalani setiap hari. Membongkar. Intinya adalah membongkar setiap pertanyaan itu dan menelisik dalam-dalam. Apa yang salah dengan hidup ku? Untuk menjawab semua pertanyaan paling essensial sekalipun kuncinya cuma dua. Pertama, cari tahu. Kedua, perbaiki. Kebanyakan orang hanya berhenti di ‘mencari tahu’, tanpa lanjut ketahap selanjutnya yaitu memperbaiki.

Aku. Mencari tahu kenapa aku begitu suka menulis? Karena aku gelisah. Kegelisahan ini yang kemudian aku wujudkan menjadi tulisan. Seperti tulisan ku sekarang ini. Tidak semua orang harus melakukannya. Aku hanya lagi bersyukur. Hidup ku bahagia tidak kurang sesuatu apapun. Hanya saja, aku kan manusia, selalu merasa kurang. Dan aku kurang mencari tahu, dan kurang memperbaiki apa yang membuat ku gelisah selama ini.

Aku takut. Dimasa depan nanti, kegelisahan ku tidak ada rasanya. Tidak bisa aku rasakan lagi. Sehingga setiap hal kecil didalam hidup ku tidak ada maknanya lagi. Tapi tidak akan terjadi. Karena aku, ya, hanya manusia, selalu gelisah. Manusia yang selalu mencari tahu, tanpa memperbaikinya karena aku hanya ingin gelisah terus sepanjang hidup. Walaupun aku tahu cara memperbaikinya sekalipun, aku akan berhenti pada tahap ‘ingin mecari tahu’. Agar aku dapat terus menulis. Agar aku, nantinya, dapat terus bercerita. Sampai nanti, sudah Tuhan memutuskan untuk bilang ‘Stop! Waktu mu sudah habis.’ Sampai aku sudah menemukan intisari hidup. Dan kegelisahan ku dapat dirasakan anak cucu ku nanti. Agar mereka terus gelisah seperti ku. Agar mereka terus bersyukur pun terus merasa kurang. Kurang dalam artian positif sehingga tidak lupa hal-hal kecil yang membentuk hidupnya kelak. Justru karena aku suka gelisah, maka aku tidak ingin memperbaiki. Karena tidak semua kegelisahan itu dapat diperbaiki. Hanya saja perlu diungkapkan. Seperti menulis, misalnya.




Kamu tahu kan? Ini hanya tulisan kegelisahan ku. Kamu tidak perlu mengerti. Karena aku pun tidak mengerti.

No comments:

Post a Comment