Saturday, August 16, 2014

Sentilan Tengah Malam


“Dewasa ini aku berpendapat bahwa kita adalah pion dari diri kita sendiri sebagai keseluruhan. Kita adalah arsitek nasib kita, tapi kita tak pernah dapat menolaknya.” –Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran.
“Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia yang merdeka.” –Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran.

                Dua kutipan diatas ini milik seorang penulis buku paling berpengaruh bagi kehidupan masyarakat, khususnya mahasiswa Indonesia, dan tentunya bagi gue juga. Jujur, gue belum membaca keseluruhan buku beliau. Tapi dari kutipan-kutipan yang ada di bukunya, udah membangkitkan semangat pembacanya. Gue nggak lagi nge review buku. Gue mau cerita. Karena kedua quotes ini ada hubungannya sama mind set gue.
                Indonesia udah merdeka 69 tahun. Tapi dirasa terlalu sesumbar kalo kita mengaku merdeka, padahal kenyataannya masih ngerasa di perbudak. Ini Indonesia gue, Indonesianya lo juga kan? Itu lho, yang di kenal sama bule-bule pulau Bali sama Jakartanya doang. Yang pernah kecurian budaya padahal nggak pernah dijagain budayanya. Terus yang pemimpinnya suka tidur kalo rapat itu kan? Sama yang baru-baru ini apa tuh? Sengketa pilpres? Aduh....
Ya.... namanya juga orang Indonesia. Nggak pernah bersyukur, suka tunjuk-tunjukan, di vonis tersangka korupsi masuk rumah sakit dulu, dandan dulu, senyam-senyum di kamera, dadah dadah. Belum lagi serentetan kasus di Indonesia lainnya. Lah? Git! Lo ngomongin apa sih?
Namanya juga orang Indonesia, sukanya nyinyirin sesama orang Indonesia.
                Otak kita kayaknya udah tersetting otomatis untuk lancar mencari-cari kesalahan orang lain ya? Sedangkan kita sendiri belum tentu nemu kasalahan kita apaan.
                Mungkin salah satu alasan, mengapa Soe Hok Gie begitu idealis adalah dia mempunyai cerminnya sendiri untuk melihat sudut pandang kehidupan yang merdeka dalam arti yang Ia ciptakan sendiri. Apapun arti merdeka menurut Soe Hok Gie, gue setuju. Kebanyakan dari rakyat Indonesia (gue bilang banyak, bukan semua) lebih baik salah rame-rame daripada benar sendirian. Lo boleh bilang gue idealis. Tapi idealis itu nggak berarti buruk untuk konteks yang satu ini. Gue ngerasa aja, Indonesia itu butuh sesuatu yang benar-benar BENAR. Bukan sesuatu yang, “kalo salah rame-rame ini kok”, jelas lah itu pemikiran yang salah. Lo bilang ini kebersamaan? Hahaha kebersamaan dalam penderitaan? Iya, Indonesia sudah cukup menderita karena ulah rakyat-rakyatnya sendiri. Gue jadi mikir, kenapa dulu Soekarno cuma minta 5 pemuda, sedangkan pemuda Indonesia pastinya dijaman itu juga banyak kan? Mungkin kalo terlalu rame-rame, bakal muncul pemikiran “kalo salah rame-rame ini kok”
                Kadang, menjadi idealis itu perlu. Dengan konteks yang benar. Sedangkan kita lahir di lingkungan yang udah terbiasa mengkuti arus, atau bahkan ada yang sama sekali apatis. Mungkin, ini juga salah satu alasan kenapa sebagian besar (gue bilang sebagian besar, bukan semua) rakyat Indonesia ngerasa apa-apa bergantung dengan pemerintahan kita. Padahal kayak di bilang Soe Hok Gie, kita adalah pion diri kita sendiri. Bisa ngelakuinnya? Ngapain tunggu pemerintah untuk bergerak, kalo kita bisa buat perubahan untuk orang banyak. Ujung-ujungnya cuma bisa ngeluh ke pemerintah. Padahal secara tidak sadar, kita udah jadi masyarakat yang apatis sama lingkungan sekitar, itu jadi indikator bahwa kita sukanya di suapin pemerintah, sedangkan pemerintah aja sering “suap-menyuap”. Kita punya pondasi sendiri. Kita berdiri di tanah sendiri, mau bahagia? Rapihin sendiri. Entah terlalu dimanja atau memang dableg ya tabiatnya rakyat Indonesia ini. Sekarang jadi nggak heran, kalo banyak orang nyinyir tentang calon persiden kita nanti. Toh, siapapun presiden kita nanti, bakal ngaruh ke kehidupan lo? Lagian, kedua capres kita ini bukan orang yang sembarangan. Mereka berdua udah well-known sampe mana-mana lah. Tugas kita cuma milih, bukan nyinyirin. Karena menjelek-jelekkan orang nggak bakal membuat nilai lo tambah mahal, gaes :)

Sekali lagi, lo boleh bilang gue idealis. Tetapi perlu gue tekankan, kebahagian itu kita yang ciptain, nggak dari orang lain. Gue minta maaf, kalo ada beberapa kata yang nggak berkenan. Tulisan ini nggak dibuat untuk ngejelek-jelekin Indonesia, cuma pengen ngeluarin unek-unek saking gemesnya sampe akhirnya jadi tulisan ini. Karena nggak ada media lain selain nulis sih hehehe.

No comments:

Post a Comment