“Dewasa ini aku berpendapat bahwa kita adalah pion dari diri
kita sendiri sebagai keseluruhan. Kita adalah arsitek nasib kita, tapi kita tak
pernah dapat menolaknya.” –Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran.
“Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi
aku memilih untuk jadi manusia yang merdeka.” –Soe Hok Gie, Catatan Seorang
Demonstran.
Dua kutipan
diatas ini milik seorang penulis buku paling berpengaruh bagi kehidupan
masyarakat, khususnya mahasiswa Indonesia, dan tentunya bagi gue juga. Jujur,
gue belum membaca keseluruhan buku beliau. Tapi dari kutipan-kutipan yang ada
di bukunya, udah membangkitkan semangat pembacanya. Gue nggak lagi nge review
buku. Gue mau cerita. Karena kedua quotes ini ada hubungannya sama mind set
gue.
Indonesia
udah merdeka 69 tahun. Tapi dirasa terlalu sesumbar kalo kita mengaku merdeka,
padahal kenyataannya masih ngerasa di perbudak. Ini Indonesia gue, Indonesianya
lo juga kan? Itu lho, yang di kenal sama bule-bule pulau Bali sama Jakartanya
doang. Yang pernah kecurian budaya padahal nggak pernah dijagain budayanya. Terus
yang pemimpinnya suka tidur kalo rapat itu kan? Sama yang baru-baru ini apa
tuh? Sengketa pilpres? Aduh....
Ya.... namanya juga orang
Indonesia. Nggak pernah bersyukur, suka tunjuk-tunjukan, di vonis tersangka
korupsi masuk rumah sakit dulu, dandan dulu, senyam-senyum di kamera, dadah
dadah. Belum lagi serentetan kasus di Indonesia lainnya. Lah? Git! Lo ngomongin
apa sih?
Namanya juga orang Indonesia, sukanya nyinyirin sesama orang
Indonesia.
Otak kita
kayaknya udah tersetting otomatis untuk lancar mencari-cari kesalahan orang
lain ya? Sedangkan kita sendiri belum tentu nemu kasalahan kita apaan.
Mungkin
salah satu alasan, mengapa Soe Hok Gie begitu idealis adalah dia mempunyai
cerminnya sendiri untuk melihat sudut pandang kehidupan yang merdeka dalam arti
yang Ia ciptakan sendiri. Apapun arti merdeka menurut Soe Hok Gie, gue setuju. Kebanyakan
dari rakyat Indonesia (gue bilang banyak, bukan semua) lebih baik salah rame-rame
daripada benar sendirian. Lo boleh bilang gue idealis. Tapi idealis itu nggak
berarti buruk untuk konteks yang satu ini. Gue ngerasa aja, Indonesia itu butuh
sesuatu yang benar-benar BENAR. Bukan sesuatu yang, “kalo salah rame-rame ini
kok”, jelas lah itu pemikiran yang salah. Lo bilang ini kebersamaan? Hahaha kebersamaan
dalam penderitaan? Iya, Indonesia sudah cukup menderita karena ulah
rakyat-rakyatnya sendiri. Gue jadi mikir, kenapa dulu Soekarno cuma minta 5
pemuda, sedangkan pemuda Indonesia pastinya dijaman itu juga banyak kan? Mungkin
kalo terlalu rame-rame, bakal muncul pemikiran “kalo salah rame-rame ini kok”
Kadang,
menjadi idealis itu perlu. Dengan konteks yang benar. Sedangkan kita lahir di
lingkungan yang udah terbiasa mengkuti arus, atau bahkan ada yang sama sekali
apatis. Mungkin, ini juga salah satu alasan kenapa sebagian besar (gue bilang
sebagian besar, bukan semua) rakyat Indonesia ngerasa apa-apa bergantung dengan
pemerintahan kita. Padahal kayak di bilang Soe Hok Gie, kita adalah pion diri
kita sendiri. Bisa ngelakuinnya? Ngapain tunggu pemerintah untuk bergerak, kalo
kita bisa buat perubahan untuk orang banyak. Ujung-ujungnya cuma bisa ngeluh ke
pemerintah. Padahal secara tidak sadar, kita udah jadi masyarakat yang apatis
sama lingkungan sekitar, itu jadi indikator bahwa kita sukanya di suapin
pemerintah, sedangkan pemerintah aja sering “suap-menyuap”. Kita punya pondasi
sendiri. Kita berdiri di tanah sendiri, mau bahagia? Rapihin sendiri. Entah terlalu
dimanja atau memang dableg ya tabiatnya rakyat Indonesia ini. Sekarang jadi
nggak heran, kalo banyak orang nyinyir tentang calon persiden kita nanti. Toh, siapapun
presiden kita nanti, bakal ngaruh ke kehidupan lo? Lagian, kedua capres kita
ini bukan orang yang sembarangan. Mereka berdua udah well-known sampe mana-mana
lah. Tugas kita cuma milih, bukan nyinyirin. Karena menjelek-jelekkan orang nggak
bakal membuat nilai lo tambah mahal, gaes :)
Sekali lagi, lo boleh bilang gue
idealis. Tetapi perlu gue tekankan, kebahagian itu kita yang ciptain, nggak
dari orang lain. Gue minta maaf, kalo ada beberapa kata yang nggak berkenan. Tulisan
ini nggak dibuat untuk ngejelek-jelekin Indonesia, cuma pengen ngeluarin
unek-unek saking gemesnya sampe akhirnya jadi tulisan ini. Karena nggak ada
media lain selain nulis sih hehehe.

No comments:
Post a Comment