Tapi aku bukan lagi disitu, aku "pindah". Aku memutuskan untuk pindah. Bukan...bukan karena alasan apa-apa. Bukan ada pihak lain atau apapun, tapi ini soal berapa lama hati ini bisa sabar, bisa tahan, bisa terus berjuang sendirian tanpa diimbangi, aku merasa timpang dan ingin jatuh karena tidak seimbang. Ya, akhirnya aku jatuh juga. Aku mengakui, aku kalah. Aku lelah...
22 Desember 2012
"Alhamdulillah kak...kamu 10 besar nih. Aduh bunda seneng." Dilanjutkannya kata-katanya yang terputus, "Makasih ya kak" ditambah dengan senyum ikhlasnya itu. Bunda. Tepat dihari ibu yang jatuh pada saat tepat penggambilan rapot Ulangan Akhir Semester I. Untuk yang pertama kalinya, aku mendapatkan peringkat 10 besar. Sekarang aku duduk di bangku akhir SMA. Dan ini adalah saat yang tepat untuk menunjukan usaha yang telah lama susah-susah aku perjuangkan. Allah Adil, aku tahu itu.
"ya....ini belum seberapa kok, Nda. Aku mau bunda senengnya lebih dari ini hehe" "gak kok kak, ini cukup, bunda seneng. Kita cari tempat makan yang enak yuk!" Ajak Bunda. Aku belum pernah melihat bunda sesemangat ini. Ah, senyumnya terus terpancar dari bibir mungilnya. Aku seperti melihat bidadari disosoknya, sosoknya yang begitu sederhana sebagai single parents.
Bunda adalah seorang ibu sekaligus ayah dalam hidupku. Beliau tidak pernah sekalipun menyinggung soal ayah, entah. Dimana, siapa, dan sejak kapan aku terakhir mengenal sosok ayah. Apakah dia sedang berkenala jauh sehingga lupa punya keluarganya, ataukah beliau tidak akan pernah hadir karena bunda tidak pernah mau beliau hadir dalam hidup aku dan bunda? Aku tidak pernah merasa "kita", aku rindu menjadi "kita". Yang aku rasa hanya menjadi "aku dan bunda". itu saja.
Siang yang mendung itu selepas penggambilan raporku, bunda sedikit banyak bercerita tentang hidupnya belakangan ini. Sambil sama-sama menyeruput kopi hangat yang sama pahit, rasanya pantas untuk 2 orang wanita seperti kita. Antara hidup, kopi, dan cerita. Hidup terasa nikmat walau pahit, sepahit kopi yang kita minum.
29 November 2012
Entah ada pikiran seperti apa yang tiba-tiba memasuki otakku untuk membuka ulang obrolan-obrolan singkat kita di handphoneku, saat kita masih menjadi "kita" bukan "aku" dan "kamu".
pesan singkat dari kamu, untuk
yang terakhir kalinya kamu menghubungiku...
"Kiera..... Aku ingin
mengatakan ini sejak lama. Setelah beberapa bulan terkahir ini kita sama-sama
disibukan oleh urusan sekolah. Aku dengan kegiatan latihan biolaku, dan kamu
dengan kegiatan bimbel mu. Aku jadi merasa, ini bukan lagi kita yang dulu, kita
yang dulu yang sama-sama merasa butuh, yang sama-sama ingin cepat-cepat
bertemu, ingin cepat-cepat menyelesaikan tugas-tugas hanya ingin bertemu.....kita. Tapi aku rasa kita sedang ditampar kenyataan, bahwa sesungguhnya sesuatu yang didasarkan "jalanin aja" tidak seindah yang ku kira. Semua berujung ketidak jelasan yang menyebabkan kejenuhan. Kiera.....maaf, aku sendiri bingung ingin menempatkanmu dimana. Aku sudah tidak merasa bersama mu lagi, ini bukan kita yang dulu."
dengan cepat aku membalasnya, ah berat rasanya untuk mengatakan. Tapi kurasa ini waktunya aku untuk "pindah" karena dia sudah mencanangkan ultimatumnya untuk mengusirku dari hatinya. Baiklah. Aku bisa terima.
"Begitukah? oke. Mulai saat ini aku akan pindah, terimakasih untuk semuanya,Evan. Ohya, untuk masalah kebingungan mu, menempatkan aku dimana, aku sarankan tempatkan saja di tong sampah rumahmu, mungkin lebih baik daripada disimpan dihati orang yang tak membutuhkannya."
Tak lagi aku mendengar dering handphoneku untuk selanjutnya. Ya....it's the only matter of time. Aku paham. Hubungan Long Distance Relationship ku yang berjalan 2 tahun lebih ini hanya berujung kejenuhan. Apakah kesabaranku hanya dibalas dengan kata "maaf"? tidakkah dia berpikir untuk terus berkata "ayo lanjutkan kita bisa jalani bersama". Seketika pelupuk mataku berat, dan meneteslah air mata itu. Terlanjur. Cepat-cepat aku hapus air mata konyolku itu dan bercermin.
"Kiera anak bunda pantang menangis!"
"Kiera bisa sekuat bunda...."
Tiba-tiba handphone ku berdering tanda sesorang disana menelepon ku. Ku lihat sekedar dilayar handphoneku dan ku terperanjat "Bunda...."
BERSAMBUNG


No comments:
Post a Comment