Ini post pertama gue yep, setelah sekian lama gue ga pernah nyentuh blog, akhirnya dengan ketidak sengajaan gue buat juga. Gue lama ngelola tumblr dan bosen, isinya ya cuma gambar2 aja, dan bertema macem2. Intinya gue udah ga tertarik dengan yg satu itu. Dan skrng gue nyoba blogspot ini, awal pikiran gue buatnya ribet amat, bla bla bla segala macemnya, dan setelah dicoba...hm gampang juga, bisa karena terbiasa. rwiteee?
oke, cukup kaliya cerita gue tentang kenapa gue beralih ke blogspot. Sekarang gue mau cerita awal kisah gue kenapa ini dinamain Infinite Story. Ehem *ambilmic*
infinite itu artinya kan tanpa batas ya, disini gue mau cerita tanpa batas ke elo elo semua soal apa yang ada di otak gue, anything! ya, anything....
Yesss! gue dari kecil udah punya mimpi mau buat buku, dan sampe sekarang belom terlaksana. Pikir gue, kirim2 cerpen aja ke majalah dulu apa ya kayaknya novel masih terlalu berat buat gue mikirnya. Dan buruknya pikiran itu terus ada, jadi semuanya ketunda tunda terus. Jeleknya sifat gue ini nih-_- bete. Ya sekarang sekedar mau share aja sama hasil karya cerpen gue yang
Kisah si Pelangi dan si Hujan
Disaat itu aku sembunyi, ketika orang-orang menginginkanku, karena aku tahu jika aku menapamkan diri, aku hanya akan membuat
si dia cemburu……..hujan akan cemburu padaku.
Aku melihat ia yang duduk didepan jendela hanya untuk menungguku muncul. Kali ini aku tidak akan muncul sobat, maaf
Disuatu pagi hujan berkata padaku, “kenapa kamu selalu sembunyi, ketika aku mengeluarkan air untuk membasahi permukaan,
kaulah yang selalu ditunggu-tunggu, tapi kau tetap tak mau Nampak, padahal aku selalu membuat mereka ketakutan dan terbirit-birit untuk
mencari tempat berlindung., sedangkan kau…..”
“berhenti merendahkan diri seperti itu, hujan…”
“itu realitanya, pelangi. Kau selalu dielu-elukan, selalu diabadikan dan selalu ceria, kenapa aku tidak…”
“aku akan tunjukan sesuatu padamu, agar kamu paham….kemarilah hujan, hapuslah dulu air matamu itu, kau membuat orang-orang
yang ingin pergi sekolah kewalahan berhentilah menangis….”
“bu…..aku berangkat ya!!” kata Acil ketika berpamitan sekolah kepada ibunya.
“iya nak, hati-hati dijalan, diluar hujan besar lho…bawa payungmu ya”
Pada saat diajalan, Acil kesusahan karena harus menghindari becekan, dan membawa sepatunya agar tetap kering, bahkan baju
dan tasnya. Saat itu hampir mendekati jam masuk sekolah, dan kini Acil terjebak, terjebak pada genangan air yang dikiranya sangat dalam,
dan bahkan banyak kemungkinan buruk bisa terjadi padanya. Entah akan tercebur kedalamnya, atau bahkan buaya besar telah menunggunya
didalam sana. Acil kecil yang pintar tak kehilangan akal saat itu, ia meraih kayu-kayu yang mengapung di dekatnya, dan mengikat membentuk
simpul dengan tali sepatunya, sehingga kayu-kayu itu disulapnya menjadi perahu kecil cukup untuk badannya pula, pikirnya. Namun ia terhenti,
terhenti seperti menemani setiap riak air itu menggoyangkan perahunya, dan ia mendongakkan kepalanya menatap air.
Waktu tinggal 5 menit lagi hingga bel berdering. Dan Acil….
“duduklah cil….” Kata Ibu guru, ia tak ingin mendengar alasan anak ini lebih jauh, karna dia adalah satu-satunya siswa yang baru
datang saat itu.
“bu….yang lain kemana? Lho, saya belum terlambat ternyata?”
“tidak ada kata terlambat untuk anak sepertimu, cil. Semangatmu luar biasa untuk menuju sekolah, coba ceritakan pada ibu sejauh
apa rumahmu dari sini, sembari menunggu teman-temanmu datang”
“sebenarnya rumah saya hanya 10 meter dari sini bu”
“katamu rumahmu jauh? Kamu berbohong ya?”
“saya hanya tidak ingin terlambat dengan alasan konyol bu, saya malu…”
“lho…terus gara-gara apa dong cil? Kenapa harus malu?”
“saya……saya melewati genangan air yang cukup dalam, disana saya merakit kayu menjadi perahu bu, saya menunggu diatas
genangan air itu sampai warna pelangi tampak di air. Kata orang, warna bisa dibiaskan didalam air, apalagi saat matahari muncul.
Saya mendayung perahu saya pelan-pelan, tapi pelangi itu tetap saja tidak mau muncul. Saya menunggu pelangi….”
Sejenak Bu Guru terpukau oleh pernyataan anak SD didepannya, dan dia hampir terkunci mulutnya secara tiba-tiba, seperti kata-
kata itu tersangkut dibatang tenggorokannya.
“cil…pelangi itu muncul setelah hujan berhenti, tapi hujan masih saja turun cil. Kamu belum bisa melihat pelangi muncul kalau hujan
belum berhenti, tapi ngomong-ngomong kenapa kamu menunggu pelangi muncul?”
“pelangi berjanji padaku saat berkongkalikong didepan jendela kamarku, katanya ia akan menunjukan sesuatu”
“kau? Bagaimana bisa berinteraksi dengan pelangi?”
“saya berdoa dalam hujan bu,alam seperti menjawab setiap pertanyaan dalam doa yang saya panjatkan bu”
“lalu pelangi ingin menunjukan apa kepadamu?”
“saya juga tidak tahu bu, nanti pulang sekolah setelah hujan turun saya akan menagih janji si pelangi untuk menunjukan sesuatu
kepadaya saya, dia harus bertanggung jawab karena telah membuat saya penasaran”
“hahaha kamu itu lucu,cil…..yasudah nanti ceritakan lagi ke ibu kalau pelanginya sudah membayar janjinya”
“baik bu, pasti!” jawab Acil dengan bersemangat
Bel sekolah berdering tanda pelajaran sudah habis, dan ini adalah waktunya Acil pulang, waktu-waktu yang ditunggunya pun
akhirnya datang. Ia ingin menagih janjinya kepada si pelangi. Sesampainya dirumah, Acil langsung menuju jendela kamar tidurnya. Dalam
doanya, ia menutup mata…
hai pelangi…aku datang lagi kali ini, mana janjimu kemarin? Kau melanggarnya. Kau tau? Aku sangat penasaran! Oh ya aku
bercerita pada Bu Guru soal dirimu, maaf ya aku menggumbarnya, soalnya Bu Guru sendiri yang memintaku untuk bercerita. Aku bercerita
bahwa hujan kali ini membuatku menunggu mu, sampai-sampai aku hampir terlambat datang kesekolah walau satupun temanku belum
datang. Aku senang hujan ini membuatku berusaha, berusaha untuk mendapatkan apa yang ingin dicapai, hujan seperti mengajarkanku untuk
tidak habis akal saat terjebak digenangan air saat menuju sekolah, hujan juga yang menagajarkanku untuk tidak takut terhadap masalah
yang kuhadapi, sama seperti saat aku menghadapi genangan air itu yang berkemungkinan adanya buaya yang siap menerkamku tiba-tiba,
tapi hujan berbaik hati…. Hujan menenangkan hatiku saat aku melintasi genangan itu, hingga pikiran buruk semacam itu menciut. Bahkan aku
memikirkan pelangi dapat muncul didalam pantulan cahaya yang dibiaskan di air. Seketika itu aku melihat kegenangan air itu, dan….. ternyata
ada pelangi sungguhan diair, ya, pelangi itu tersenyum kepada hujan, pelangi itu meyerupai aku! Aku baru sadar sekarang. Pelangi yang kau
maksud adalah aku, ya, aku, aku sebagai diriku tanpa harus sedih ketika badai sekalipun menerpa. Karena aku yakin, hujan akan mengindahkan
segala kesedihan setiap orang dengan menapakkan pelangi. Terimakasih hujan, kau telah menghadiahkan setiap umat manusia dengan
senyum alam indahmu. Terimakasih hujan, kau mengajariku untuk tidak mengeluh untuk hanya melihat keindahan. Dan aku sadar,sekarang
pelangi itu benar-benar tersenyum seolah-olah mendengar doaku. Ohya, hei pelangi, sampaikan salamku pada hujan ya… dan Terimakasih
Tuhan, Engkau menciptakan pelangi setelah hujan
“sekarang kau lihat itu hujan, masihkah kau mengeluh soal dirimu yang menyusahkan orang-orang?” Tanya pelangi kepada hujan
“ya aku memang indah. Lalu kenapa? Kau masih iri? Harusnya aku yang iri hahaha…”
“kenapa kau tertawa seperti itu pelangi, kau mengejek ku ya?” seketika langit muncul kilatan-kilatan berupa petir.
“hei….kau itu memang tercipta untuk terus berburuk sangka ya? Aku yang harusnya iri padamu, karena sebenarnya kamu yang
membuatku indah, sadarilah hujan, sadari itu. Tidak kah, kau dengar doa anak kecil itu, dia menyebut namamu berulang-ulang untuk
berterimakasih?”
“tapi yang ia inginkan adanya pelangi, bukan hujan”
“dengar ini ya si keras kepala! Aku tidak akan muncul kalau bukan karena kamu, itu berarti aku bukan siapa-siapa tanpa hujan, jadi
berhentilah mengeluh! Itulah sebabnya kenapa aku tidak ingin menampakan diriku, karna aku yakin anak itu akan menemukan pelangi, pelangi
didalam dirinya”
That's all!!!
WHOA. what do u think fellas? isnt bad enough? hahahaha
lain kali gue buat cerpen2 yg lain ya. Night~

No comments:
Post a Comment